Hai, Sahabat. . Hari ini, saya akan membahas tentang Pengertian, Komponen, Aspek, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi, Proses Pembentukan, dan Pengukuran Komitmen Organisasi.
Daftar isi
- Pengertian Komitmen Organisasi
- Faktor-Faktogpr Yang Mempengaruhi Komitmen Organisasi
- Komponen Komitmen Organisasi
- Aspek-Aspek Komitmen Organisasi
- Proses Pembentukan Komitmen Organisasi
- Pengukuran Komitmen Organisasi
Pengertian Komitmen Organisasi
Menurut Allen dan Meyer, definisi atau pengertian komitmen organisasi adalah sebuah konsep yang memiliki tiga dimensi, yaitu affective, normative, dan continuance commitment. Affective commitment adalah dimensi komitmen organisasi yang menunjukkan tingkat seberapa jauh seorang karyawan secara emosi terikat, mengenal, dan terlibat dalam organisasi. Continue commitment adalah dimensi komitmen organisasi yang merupakan suatu penilaian terhadap biaya yang terkait dengan meninggalkan organisasi. Normative commitment adalah dimensi komitmen organisasi yang menunjukkan kepada tingkat seberapa jauh seseorang secara psikologis terikat untuk menjadi karyawan dari sebuah organisasi yang didasarkan kepada perasaan seperti kesetiaan, affeksi, kehangatan, pemilikan, kebanggaan, kesenangan, kebahagiaan, dll.
Definisi Komitmen Organisasi Menurut Para Ahli
Selain definisi atau pengertian komitmen organisapi di atas, ada pendapat para ahli yang menjelaskan definisi atau pengertian komitmen organisasi, antara lain:
Caldwell, Chatman dan O'Reilly menyatakan bahwa pengertian komitmen organisasi adalah ikatan psikologis antara karyawan dan organisasi. Komitmen terhadap organisasi ini dapat dinyatakan dalam tiga dasar kelekatan yang terpisah, yaitu compliance, identification, dan internalization. (1) Compliance adalah komitmen organisasi yang mengarah kepada kelekatan instrumental dalam bentuk reward khusus. (2) identification merupakan komitmen organisasi yang mengarah pada kelekatan berdasarkan keinginan untuk bergabung dengan organisasi. (3) internalization merupakan komitmen organisasi yang mengarah kepada kesamaan antara nilai individu dan organisasi. O’Reilly dan Chatman lebih jauh menunjukkan bahwa konsekuensi dari komitmen organisasi tergantung kepada dasar kelekatan individu.
Menurut Mowday, pengertian komitmen organisasi adalah dimensi perilaku penting yang dapat digunakan untuk menilai kecenderungan karyawan untuk bertahan sebagai anggota organisasi.
Pengertian Komitmen organisasi adalah identifikasi dan keterlibatan seseorang yang relative kuat terhadap organisasi.
Pengertian Komitmen organisasi adalah keinginan anggota organisasi untuk tetap mempertahankan keanggotaannya dalam organisasi dan bersedia berusaha keras bagi pencapaian tujuan organisasi.
Menurut Newstorm dan Davis, pengertian komitmen organisasi adalah kesetiaan karyawan yang mencerminkan seberapa jauh karyawan merasa terikat dan terlibat dengan organisasi sehingga karyawan tersebut bersedia untuk tetap aktif dalam organisasi tersebut. Kmitmen organisasi ni adalah ukuran dari kesediaan karyawan untuk tetap berada dalam organisasi tersebut, dan mencerminkan keyakinan karyawan dalam misi dan tujuan organisasi, kesediaan untuk bekerja keras guna mencapai tujuan, dan memiliki niat untuk terus bekerja dalam organisasi tersebut. Komitmen organisasi yang kuat biasanya dimiliki oleh para karyawan yang telah bekerja dalam waktu jangka panjang, mereka telah mengalami kesuksesan pribadi dalam organisasi. Karyawan yang memiliki komitmen organisasi akan memiliki catatan absensi yang baik, menunjukkan kepatuhan pada kebijakan organisasi, dan memiliki tingkat turnover yang rendah.
Menurut Mathis dan Jackson, pengertian komitmen organisasi adalah sejauh mana karyawan percaya dan menerima tujuan organisasi dan mempunyai keinginan untuk tetap dengan organisasi. Komitmen organisasi ini berhubungan dengan sejauh mana keterlibatan karyawan untuk berkontribusi pada organisasi tersebut. Berbagai penelitian terdahulu mengungkapkan bahwa karyawan yang relative puas dengan pekerjaannya, maka mereka lebih berkomitmen terhadap organisasi. Karyawan yang tidak puas dengan pekerjaan mereka atau yang tidak berkomitmen terhadap organisasinya cenderung lebih menarik diri dari organisasi.
Kreitner dan Kinicki menjelaskan bahwa pengertian komitmen organisasi adalah sesuatu yang mencerminkan sejauh mana seorang individu mengidentifikasi dirinya dengan organisasi dan terkait dengan tujuan-tujuannya. Komitmen organisasi ini merupakan sikap kerja yang penting, karena karyawan-karyawan yang berkomitmen diharapkan mampu menampilkan kemauan untuk bekerja keras guna mencapai tujuan organisasi dan mempunyai keinginan yang besar untuk tetap bekerja dalam organisasi tersebut.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa definisi atau pengertian komitmen organisasi adalah sikap karyawan yang tertarik dengan tujuan, nilai dan sasaran organisasi yang ditunjukkan dengan adanya penerimaan individu atas nilai dan tujuan organisasi serta memiliki keinginan untuk berafiliasi dengan organisasi dan kesediaan bekerja keras untuk organisasi sehingga membuat individu betah dan tetap ingin bertahan di organisasi tersebut demi tercapainya tujuan dan kelangsungan organisasi.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Komitmen Organisasi
Komitmen pada suatu organisasi tidak terjadi begitu saja, melainkan melalui proses yang cukup panjang dan bertahap. Schultz mengidentifikasi bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi komitmen karyawan pada organisasi, yaitu:
A. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi komitmen organisasi : Faktor Personal
Ada beberapa faktor personal yang dapat mempengaruhi komitmen organisasi, antara lain:
- Usia
- Masa kerja
- Tingkat Pendidikan
- Jenis kelamin
Pertama, Faktor personal yang dapat mempengaruhi komitmen organisasi adalah usia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa seorang karyawan atau anggota organisasi yang berusia lebih tua, dimana karyawan tersebut telah bergabung dengan organisasi lebih dari satu tahun dan mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi, maka mereka memiliki komitmen organisasi yang kuat terhadap organisasi. Usia dapat menjadi faktor yang mempengaruhi komitmen organisasi juga dikemukakan oleh Robbins dengan mengatakan: “Semakin tua usia pegawai, makin tinggi komitmennya terhadap organisasi, komitmen organisasi ini disebabkan karena kesempatan individu untuk mendapatkan pekerjaan lain menjadi lebih terbatas sejalan dengan meningkatnya usia. Keterbatasan tersebut di sisi lain dapat meningkatkan persepsi yang lebih positif mengenai atasan sehingga dapat meningkatkan komitmen mereka terhadap organisasi”.
Kedua, Faktor personal yang dapat mempengaruhi komitmen organisasi adalah masa kerja. Penelitian yang dilakukan terhadap 119 orang karyawan Bank di New Guinea menunjukkan bahwa komitmen organisasi berkembang enam bulan setelah karyawan bergabung dengan organisasi. Hasil penelitian tersebut memperlihatkan bahwa masa kerja berkorelasi positif dengan komitmen anggota terhadap organisasi, karyawan dengan masa kerja yang lebih lama memiliki komitmen terhadap organisasi yang lebih tinggi.
Ketigja, Faktor personal yang dapat mempengaruhi komitmen organisasi adalah tingkat pendidikan. Pendidikan sering membentuk ketrampilan yang kadang-kadang tidak dapat dimanfaatkan sepenuhnya dalam pekerjaan sehingga harapan individu sering tidak terpenuhi dan menimbulkan kekecewaan terhadap organisasi, sehingga dapat dikatakan, semakin tinggi tingkat pendidikan individu makin banyak pula harapan yang mungkin tidak dapat dipenuhi atau tidak dapat diakomodir oleh organisasi tempat ia bekerja. Pegawai yang tidak mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan kapasitasnya, baik secara kualitas maupun kuantitas, maka akan menurunkan komitmennya terhadap organisasi.
Keempat, faktor personal yang dapat mempengaruhi komitmen organisasi adalah jenis kelamin. Hasil penelitian Angel dan Perry menunjukkan bahwa karyawan perempuan memliliki komitmen organisasi yang lebih tinggi daripada karyawan pria.
B. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi komitmen organisasi : Peran karyawan dan karakteristik pekerjaan
Mowday, dkk mengungkapkan terdapat tiga aspek yang berhubungan dengan peran karyawan dan karakteristik pekerjaan yang dapat mempengaruhi komitmen organisasi, yaitu:
- Tantangan dalam pekerjaan
- Karakteristik peran.
- Karakteristik unit kerja
Menurut Lyman, komitmen organisasi dapat dipengaruhi oleh jenis pekerjaan yang mana karyawan memiliki kebebasan untuk melakukan dan menggunakan keterampilannya serta keahliannya dalam menjalankan tugas tanpa dipengaruhi keputusan-keputusan dari atasan. Menurut Arnold dkk, tantangan pekerjaan dapat menjadi faktor yang mempengaruhi komitmen organisasi karena adanya tantangan dalam bekerja dapat menaikkan komitmen karyawan. Tantangan kerja dapat dibangun dengan memperkaya pekerjaan dan tugas-tugas yang diberikan pada karyawan.
Menurut Lyman, karakteristik peran adalah salah satu faktor yang mempengaruhi komitmen organisasi yang merupakan komitmen terhadap organisasi yang dimiliki oleh karyawan yang mempunyai pekerjaan yang bernilai tinggi.
Ketiga, faktor yang dapat mempengaruhi komitmen organisasi. Kebijakan organisasi menyangkut nilai, tujuan, dan tuntutan organisasi kepada karyawan.
C. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi komitmen organisasi : Pengalaman kerja
Selanjutnya, Faktor yang dapat mempengaruhi komitmen organisasi adalah pengalaman kerja. Pengalaman kerja dapat menjadi faktor yang mempengaruhi komitmen organisasi dan dipandang sebagai kekuatan sosialisasi yang penting yang mempengaruhi kelekatan psikologis karyawan terhadap perusahaan Pengalaman kerja terbukti berkorelasi positif dengan komitmen terhadap perusahaan atau organisasi sejauh menyangkut taraf seberapa besar karyawan percaya bahwa perusahaan memperhatikan minatnya, merasakan adanya kepentingan pribadi dengan perusahaan, dan seberapa besar harapan-harapan karyawan dapat terpenuhi dalam pelaksanaan pekerjaanya.
Selain penjelasan mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi komitmen nrganisasi di atas, Stum menjelaskan bahwa terdapat 5 faktor yang berpengaruh terhadap komitmen organisasi, di antara yaitu: (1) budaya keterbukaan, (2) kepuasan kerja, (3) kesempatan personal untuk berkembang, (4) arah organisasi, dan (5) penghargaan kerja yang sesuai kebutuhan.
Sedangkan Young dkk mengemukakan terdapat 8 faktor yang secara positif berpengaruh terhadap komitmen organisasi, yaitu: (1) kepuasan terhadap promosi, (2) karaktersitik pekerjaa, (3) komunikasi, (4) kepuasan terhadap kepemimpinan (supervisi), (5) pertukaran ekstrinsik, (6) pertukaran intrinsik, (7) imbalan intrinsik, (8) imbalan ekstrinsik.
Komponen Komitmen Organisasi
Berdasarkan Meyer dan Allen’s, terdapat tiga komponen dari komitmen organisasi yang merupakan karakteristik komitmen karyawan pada organisasi, yaitu:
- Affective Commitment
- Continuance Commitment
- Normative Commitment
Komitmen afektif adalah komponen komitmen organisasi yang merupakan emosi attachment yang positif pada organisasi. Pekerja yang memiliki komitmen yang kuat mengidentifikasikan organisasi dan keinginan untuk tetap menjadi bagian dari organisasi. Dengan demikian, karyawan yang memliki komponen komitmen organisasi ini yang kuat maka akan terus bekerja dalam organisasi karena mereka memang ingin (want to) melakukan hal tersebut.
Komitmen kontinuans adalah komponen komitmen organisasi yang merupakan komitmen yang berkaitan dengan an awareness of the costs associated with leaving the organization. Komponen komitmen organisasi ini menunjukkan adanya pertimbangan untung rugi dalam diri karyawan berkaitan dengan keinginan untuk tetap bekerja atau justru meninggalkan organisasi. Komponen Komitmen Organisasi ini sejalan dengan pendapat Becker yaitu bahwa komitmen kontinuans adalah kesadaran akan ketidakmungkinan memilih identitas sosial lain ataupun alternatif timgkah laku lain karena adanya ancaman akan kerugian besar. Karyawan yang terutama bekerja berdasarkan komponen komitmen organisasi ini bertahan dalam organisasi karena mereka butuh (need to) melakukan hal tersebut karena tidak adanya pilihan lain.
Komitmen normatif adalah kojmponen komitmen organisasi yang merupakan komitmen yang merefleksikan a feeling of obligation to continue employment. Dengan kata lain, komponen komitmen organisasi ini berkaitan dengan perasaan wajib untuk tetap bekerja dalam organisasi. Ini berarti, karyawan yang memiliki komitmen normatif yang tinggi merasa bahwa mereka wajib (ought to) bertahan dalam organisasi. Wiener mendefinisikan komponen komitmen organisasi ini sebagai tekanan normatif yang terinternalisasi secara keseluruhan untuk bertingkah laku tertentu sehingga memenuhi tujuan dan minat organisasi. Oleh karena itu, tingkah laku karyawan didasari pada adanya keyakinan tentang ”apa yang benar” serta berkaitan dengan masalah moral.
Allen dan Meyer lebih memilih untuk menggunakan istilah komponen komitmen organisasi daripada tipe atau jenis komitmen organisasi karena hubungan karyawan dengan organisasinya dapat bervariasi dalam ketiga komponen tersebut. Selain itu, setiap komponen komitmen organisasi berkembang sebagai hasil dari pengalaman yang berbeda serta memiliki implikasi yang berbeda pula.
Jadi, karyawan yang memiliki komponen komitmen organisasi dengan dasar afektif memiliki tingkah laku berbeda dengan karyawan yang berdasarkan continuance dan normative. Karyawan dengan komponen komiten organisasi afektif yang tinggi memiliki kedekatan emosional yang erat terhadap organisasi. Hal ini berarti bahwa individu tersebut akan memiliki motivasi dan keinginan untuk berkontribusi secara berarti terhadap organisasi.
Karyawan dengan komponen komitmen organisasi kontinuans yang tinggi akan bertahan dalam organisasi, bukan karena alasan emosional, tapi karena adanya kesadaran dalam individu tersebut akan kerugian besar yang dialami jika meninggalkan organisasi. Karyawan terpaksa menjadi anggota akan menghindari kerugian finansial dan kerugian lain, sehingga memungkinkannya melakukan usaha yang tidak maksimal. Berkaitan dengan komponen komitmen organisasi kontinuans ini, maka individu tersebut kurang atau tidak dapat diharapkan untuk memiliki keinginan yang kuat untuk berkontribusi secara berarti pada organisasi.
Sementara itu, komponen komitmen organisasi normatif yang berkembang sebagai hasil dari pengalaman sosialisasi, tergantung dari sejauh apa perasaan kewajiban yang dimiliki pegawai. Komponen komitmen organisasi normatif didasarkan pada pendekatan obligation, di mana komitmen sebagai tekanan normatif yang telah diinternalisasikan agar individu bertindak sesuai dengan tujuan dan keinginan organisasi. Komponen komitmen organisasi normatif ini menimbulkan perasaan kewajiban pada pegawai untuk memberi balasan atas apa yang telah diterimanya dari organisasi. Karyawan dengan komponen komitmen organisasi normatif yang tinggi akan tetap bertahan dalam organisasi karena merasa adanya suatu kewajiban atau tugas yang memang sudah sepantasnya dilakukan atas penghargaan yang telah diberikan organisasi.
Aspek-Aspek Komitmen Organisasi
Menurut Steers, komitmen karyawan terhadap organisasi memiliki tiga aspek utama, yaitu : identifikasi, keterlibatan dan loyalitas karyawan terhadap organisasi atau perusahaannya.
Identifikasi. Adalah aspek komitmen organisasi yang merupakan keyakinan dan penerimaan terhadap serangkaian nilai dan tujuan organisai. Aspek komitmen organisasi ini tercermin dalam beberapa perilaku seperti: adanya kesamaan nilai dan tujuan pribadi dengan nilai dan tujuan organisasi, penerimaan terhadap kebijakan organisasi serta adanya kebanggan menjadi bagian dari organisasi. Aspek komitmen organisasi ini dapat dikembangkan dengan memodifikasi tujuan organisasi, sehingga mencakup beberapa tujuan pribadi para karyawan ataupun dengan kata lain organisasi memasukkan pula kebutuhan dan keinginan karyawan dalam tujuan organisasinya sehingga akan membuahkan suasana saling mendukung diantara para karyawan dengan organisasi. Lebih lanjut, suasana tersebut akan membawa karyawan dengan rela menyumbangkan sesuatu bagi tercapainya tujuan organisasi, karena karyawan menerima tujuan organisasi yang dipercayai telah disusun demi memenuhi kebutuhan pribadi mereka pula.
Keterlibatan. Adalah aspek komitmen organisasi yang merupakan keinginan yang kuat untuk berusaha demi kepentingan organisasi. Aspek komitmen organisasi ini tercermin dari usaha karyawan untuk menerima dan melaksanakan setiap tugas dan kewajiban yang dibebankan kepadanya. Karyawan bukan hanya sekedar melaksanakan tugas-tugasnya melainkan selalu berusaha melebihi standar minimal yang ditentukan oleh organisasi. Karyawan akan terdorong pula untuk melakukan pekerjaan di luar tugas dan peran yang dimilikinya apabila bantuannya dibutuhkan oleh organisasi. Bekerja sama baik dengan pimpinan ataupun dengan sesama teman kerja. Salah satu cara yang dapat dipakai untuk memancing keterlibatan karyawan adalah dengan memancing partisipasi mereka dalam berbagai kesempatan pembuatan keputusan yang dapat menumbuhkan keyakinan pada karyawan bahwa apa yang telah diputuskan adalah merupakan keputusan bersama.
Loyalitas karyawan terhadap organisasi adalah aspek komponen organisasi yang bermakna kesediaan seorang untuk melanggengkan hubungannya dengan organisasi, kalau perlu dengan mengorbankan kepentingan pribadinya demi mencapai kesuksesan dan keberhasilan organisasi tersebut. Kesediaan karyawan untuk mempertahankan diri bekerja dalam organisasi adalah aspek yang penting dalam menunjang komitmen karyawan terhadap organisasi dimana mereka bekerja. Aspek komitmen organisasi ini dapat diupayakan bila karyawan merasakan adanya keamanan dan kepuasan di dalam organisasi tempat ia bergabung untuk bekerja.
Proses Pembentukan Komitmen Organisasi
Menurut Mowday, faktor-faktor pembentuk komitmen organisasi akan berbeda bagi karyawan yang baru bekerja, setelah menjalani masa kerja yang cukup lama, serta bagi karyawan yang bekerja dalam tahapan yang lama yang menganggap perusahaan atau organisasi tersebut sudah menjadi bagian hidupnya.
Sedangkan menurut Minner, proses terbentuknya komitmen karyawan pada suatu organisasi atau perusahaan berbeda-beda. Pada fase awal (initial commitment), faktor yang berpengaruh terhadap prosen pembentukan komitmen organisasi karyawan pada organisasi yaitu: karakteristik individu, harapan-harapan karyawan pada organisasi atau perusahaan, dan karakteristik dari pekerjaan itu sendiri. Fase kedua prosns pembentukan komitmen organisasi disebut sebagai (commitment during early employment). Pada fase proses pembentukan komitmen organisasi ini karyawan sudah bekerja beberapa tahun. Faktor yang berpengaruh yaitu: pengalaman kerja yang dirasakan karyawan pada tahap awal karyawan tersebut bekerja, bagaimana pekerjaannya, bagaimana sistem penggajiannya, bagaimana gaya supervisinya, bagaimana hubungan karyawan tersebut dengan teman sejawat atau hubungannnya dengan pimpinannya. Semua faktor ini akan membentuk komitmen organisasi awal dan tanggung jawab karyawan pada organisasi yang pada akhirnya akan bermuara pada komitmen organisasi karyawan pada awal memasuki dunia kerja. tahap yang ketiga proses pembentukan komiwmen organisasi diberi nama Commitment during later career. Faktor yang berpengaruh terhadap proses pembentukan komitmen organisasi pada fase ini berkaitan dengan investasi, mobilitas kerja, hubungan sosial yang tercipta di organisasi maupun perusahaan dan pengalaman-pengalaman selama ia bekerja.
Pengukuran Komitmen Organisasi
Mowday dkk mengembangkan suatu skala yang disebut Self Report Scales untuk mengukur komitmen karyawan terhadap organisasi. Cara pengukuran komitmen organisasi ini merupakan penjabaran dari tiga aspek komitmen organisasi, yaitu (a) penerimaan terhadap tujuan organisasi, (b) keinginan untuk bekerja keras, dan (c) hasrat untuk bertahan menjadi bagian organisasi.
Mowday, Steers dan Porter menjelaskan untuk mengukur komitmen organisasi menggunakan kuesioner yakni cara pengukuran komitmen organisasi dengan menggunakan daftar pertanyaan, yang biasanya digunakan adalah organizational commitment questionnaire (OCQ). Cara pengukuran komitmen organisasi ini terdiri dari 3 aspek pertanyaan, (1) affective commitment scale (ACS), (2) continuance commitment scale (CCS), dan (3) normative commitment scale (NCS).
Demikianlah penjelasan tentang Pengertian, Komponen, Aspek, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi, Proses Pembentukan, dan Pengukuran Komitmen Organisasi.
Lihat juga
- Kompetensi Karyawan | Pengertian, Karakteristik, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi, Dan Dimensi
- Budaya Organisasi | Pengertian, Fungsi, Cara Pembentukan, Dan Dimensi
- Pengertian Dan Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM)
Semoga bermanfaat. .
No comments:
Post a Comment
Tulis Komentar Di Sini